Kunang-kunang adalah serangga kecil sebesar lalat yang bisa terbang dan dari perutnya akan mampu menghasilkan cahaya di kegelapan malam, Namun seiring banyaknya lampu penerangan di jalan (PJU) saat ini sehingga kilauan cahaya kunang kunang kerap tidak terlihat. Selain itu penggunaan pestisida di lahan pertanian juga mengakibatkan serangga cantik ini mati sebelum menunjukkan keindahannya. Tahukan anda mengapa kunang-kunang dapat bercahaya?
Untuk menjawab Fenomena Cahaya Kunang-kunang berikut ini Gembala-news ingin berbagi artikel tentang keberadaan serangga ini dan pengaruhnya pada burung peliharaan yang suka memakan serangga.
Kunang-kunang termasuk keluarga Lampyridae. Serangga ini bisa mengeluarkan cahaya pada tempat gelap (malam hari). Cahaya ini dihasilkan oleh “sinar dingin” yang tidak mengandung ultraviolet maupun inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 – 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau dengan efisiensi sinar sampai 95%.
Kegunaan cahaya ini sebenarnya untuk saling mengenali atau sebagai tanda kawin dengan menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung spesiesnya. Selain itu cahaya kunang-kunang juga tanda bahwa mereka bukanlah pakan lezat bagi predatornya.
Kunang-kunang, terutama dari genus Photinus, bisa menimbulkan potensi ancaman bagi hewan peliharaan khususnya burung kicauan. Racun yang disebut lucibufagins ini secara kimia sangat berhubungan dengan cardiotoxins, yang biasa ditemukan dalam kodok dan tanaman.
Tanda-tanda burung / hewan yang keracunan akibat memakan kunang-kunang bisa terlihat dalam waktu 30 menit setelah mengkonsumsi serangga cantik ini. Biasanya kepala burung terlihat gemetaran, paruh selalu terbuka (menganga), burung mencoba memuntahkan isi perutnya tetapi tidak berhasil, kesulitan bernafas, dan kulit berubah gelap.
Dan, dalam waktu 1 jam, burung bisa mengalami kematian. Sebab efek racun ini sangat berpengaruh terhadap jantung. Bahkan semua spesies kadal yang memakan seekor kunang-kunang bisa langsung mati.
Kegunaan cahaya ini sebenarnya untuk saling mengenali atau sebagai tanda kawin dengan menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung spesiesnya. Selain itu cahaya kunang-kunang juga tanda bahwa mereka bukanlah pakan lezat bagi predatornya.
Kunang-kunang, terutama dari genus Photinus, bisa menimbulkan potensi ancaman bagi hewan peliharaan khususnya burung kicauan. Racun yang disebut lucibufagins ini secara kimia sangat berhubungan dengan cardiotoxins, yang biasa ditemukan dalam kodok dan tanaman.
Tanda-tanda burung / hewan yang keracunan akibat memakan kunang-kunang bisa terlihat dalam waktu 30 menit setelah mengkonsumsi serangga cantik ini. Biasanya kepala burung terlihat gemetaran, paruh selalu terbuka (menganga), burung mencoba memuntahkan isi perutnya tetapi tidak berhasil, kesulitan bernafas, dan kulit berubah gelap.
Dan, dalam waktu 1 jam, burung bisa mengalami kematian. Sebab efek racun ini sangat berpengaruh terhadap jantung. Bahkan semua spesies kadal yang memakan seekor kunang-kunang bisa langsung mati.
Dengan membaca artikel ini, maka jelas bagi kita selaku kicau mania untuk tidak memberikan kunang kunang pada burung peliharaan seperti Cendet, Prenjak maupun Kacer. Jika ingin memberi serangga maka lebih baik memberi Belalang berwarna hijau atau Jangkrik.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Tentang Artikel ini...